Dzikir
Aku
mengapung
Ringan
Meninggi
padamu. Bagai kapas menari-nari
Dalam
angin
Jumpalitan
bagai ikan
Bagai
lidah api
Bau
busuk mulutku, Anne
Seratus
tahun memanggi-manggil
Namamu
Inilah
zikirku:
Lelehan
aspal kealpaanku, cairan timah
Kekeliruanku,
gemuruh mesin keliaranku
Tumpukan
sampah keterpurukanku
Selokan
mampat kesia-siaanku
Aku
tak tidur padahal ngantuk, tak makan
Padahal
lapar, tak minum padahal haus
Tak
menangis padahal sedih, tak berobat
Padahal
luka, tak bunuh diri
Padahal
patah hati
Anne!
Anne! Anne!
Zikirku
seribu sepi menombakmu
Menembus
lapisan langitmu, membongkar
Gumpalan
megamu, membakar pusaran
Kabutmu,
menghanguskan jarak
Ruang
dan waktu
Aku
mencair
Bagai
air
Mengalir
padamu. Bagai hujan
Tumpah
ke bumi
Menggelinding
bagai batu
Bagai
hantu
Anne!
Anne! Anne!
Inilah
rentetan tembakan kerinduanku, lemparan
Granat
ketakutanku, dentuman meriam kemabukanku
Luapan
minyak kegairahanku, kobaran tungku kecintaanku
Semburan
asap kepunahanku
Aku
tak mengemis padahal miskin, tak mencuri
Padahal
terdesak, tak merampok padahal banyak utang
Tak
menipu padahal ada kesempatan, tak menuntut
Padahal
punya hak, tak memaksa
Padahal
putus asa
Anne!
Anne! Anne!
Zikirku
seribu sunyi mengejarmu
Menggedor
barikade pertahananmu, menerobos
Dinding
persembunyianmu, mengobrak-abrik ruang
Semadimu,
menghancurkan singgasana
Kekhusyukanmu
Bau
busuk mulutku, Anne
Seratus
tahun memanggil-manggil
Namamu
Puisi :
Acep Zamzam Noor